Rank
Setiap orang ingin mendapat "peringkat" terbaik di lingkungannya, tentu saja hal ini menjadikan sebuah kompetensi tersendiri diantara orang-orang tersebut. Banyak orang yang melakukan cara-cara mereka sendiri untuk mendapatkan "peringkat", bahkan ada yang menghalalkan segala cara untuk melakukannya seperti yang sering kita tonton di tv atau media massa lainnya.
Saya sebagai seorang pelajar sangat ingin menghilangkan "diskriminasi" si peringkat, kalau kata tokoh Rancho di film 3 Idiots kurang lebih begini "Kenapa anda harus mempublikasikan siapa peringkat no 1 dan siapa yang terendah?, bukankah lebih baik memberitahukannya secara personal?".
Walaupun terkadang saya pun sangat ingin dikenal karena peringkat yang saya miliki, jadi teringat lirik lagu SORE : Keangkuhan
"Oh diriku terlalu larut dalam keangkuhan Setiap detik terus melingkari aku Rasuki jiwa dan juga ragaku ini Hari-hari pun telah aku lewati Dengan segala kemunafikan diri"
Rangking hanyalah sebuah angka karena kesuksesan tidak bisa diukur hanya dengan angka. Jadi sebuah dilema tersendiri bagi saya, yah tapi memang begitu kenyataannya..
pendidikan indonesia masih jauh dari sempurna itu tercitra dari evaluasi yang terselenggara, di negara maju prestasi kumulatif diganti dengan pendapatan kumulatif, setiap orang memiliki potensi dan bakatnya masing masing,sejatinya tidak bisa kita menganggap kemampuan total seseorang hanya dilihat dari segi ranking saja. karena itu dilihat dari satu aspek saja yaitu kognitif, sedangkan semestinya sekolah menilai bagaimana seseorang membuat hubungan intrapersonal dan interpersonal ketika ia beraktifitas di kehidupan sehari hari, karena yakin atau tidak jika manusia dilihat dari aspek teoritis dan kognitif saja tak ubahnya ia hanya seonggok komputer.. arsyad.
BalasHapusQuality not quantity.
BalasHapusJadi dilema karena menurut ilmu pendidikan memberikan apresiasi dalam bentuk ranking bisa memberi motivasi baik bagi yang mendapatkan rangking ataupun yang ingin mendapatkan rangking
BalasHapus